Laman

Minggu, 24 Februari 2013

Biarkan Cinta Menemukanku


        Topi, dasi dan baju rapi. Seperangkat aksesori yang harus ku kenakan tiap senin tiba. Upacara bendera. Satu ritual rutin yang sebenarnya ingin sekali kuhilangkan. Hanya satu hal yang selalu membuat semangat mengikuti ritual rutin itu, seorang teman. Yah seorang teman. Aku memang masih kelas 2 SMP, namun sepertinya ada sesuatu yang berbeda ketika aku berinteraksi dengan gadis itu. Tya namanya. Mungkin inilah yang orang bilang tentang cinta monyet. Tak peduli apa yang orang katakan, buat ku cinta ya cinta, monyet ya monyet, aku kan manusia.
Seharusnya orang-orang dewasa itu membuat kosakata cinta manusia bukan cinta monyet. Oh iya, gadis itu satu kelas dengan ku. Jujur dia memang tidak cantik, tapi dia manis, pintar dan baik hati. Dia berteman dengan ku apa adanya. Aku dan dia sering berdiskusi, membicarakan semua hal yang sangat seru saat itu.
Namun tidak seperti teman laki-laki ku yang lain, aku tidak punya keberanian untuk mengungkapkannya. Ku simpan rasa itu dalam-dalam. Walaupun masih kelas 2 SMP aku tahu bahwa pacaran itu tidak boleh, aku mengetahuinya dari ayah ku dan guru agama ku.

          Sampai saat kenaikan kelas aku dan gadis itu masih berteman baik. Tapi sampai tiba waktu kenaikan kelas tiga, hati ku merasa gundah. Apa aku bisa satu kelas lagi dengannya? Entahlah. Satu pikiran nakal ku berkelebat. Kenapa tak kuminta ayah ku untuk tempatkan aku di kelas yang sama dengan Tya? Kebetulan ayahku punya jabatan penting dalam sekolah itu. Namun, ternyata logika dan malaikat baik ku masih menjaga ku untuk tidak bertindak seperti itu.
*
         Hari pertama tahun ajaran baru pun datang. Upacara senin ini sangat ramai. Tentang cerita liburan masing-masing. Tetapi hatiku benar – benar diliputi keresahan, kepalaku tengak-tengok ke sana ke mari mencari di mana Tya.
“nyari apa di? Ehem kemana aja liburan kemarin?” Tanya seorang teman dekat ku.
“oh, eh, emm ga, ga kemana mana..” jawab ku dengan gugup, takut ketahuan sedang mencari seseorang. Tak lama barisan merapat, dan tahu lah aku kalau Tya ternyata ada di kelas F sedang aku di kelas E. kecewa, namun setidaknya kelas kami masih bersebelahan. Jadi kalau ingin main tidak terlalu jauh.

             Waktu berlalu, tak terasa sudah satu semester di kelas tiga terlewati, sedih hati ku bila mengingat sebentar lagi harus berpisah dan tidah dalam satu SMA yang sama. Pemikiran itulah yang membuat ku menyatakan rasa suka ku padanya. Ku bilang aku menyukainya dan layaknya lelaki lain, ku minta dia menjadi pacarku. Namun apa jawabannya?
“terimakasih sudah menyukai ku, aku pun menyukai mu, sebagai teman baik.” Begitu dia bilang.
            Pupuslah sudah cinta monyet ku saat itu. Hari berlalu satu hal yang membuatku bersyukur, bahwa tak ada perubahan dalam sikapnya terhadap ku. Kami masih berteman baik. Dan kami semakin dekat saja. Tapi semakin lama perasaan ingin memilikinya semakin kuat terasa, tapi lagi-lagi harapan ku itupun harus kandas karena suatu ketika dia mengaku bahwa dia menyukai teman sekelas ku. Dunia seakan berputar. Aku tak menyapanya selama beberapa hari. Aku begitu sakit hati dengannya.

*
        Semua berubah ketika sore itu guru ngaji ku berkata, “rasulullah bersabda, tak akan masuk surge orang yang memutuskan tali silaturrahmi dengan saudaranya, jadi jagalah silaturrahmi kalian dengan teman kalian.”
“tapi gimana kalau dia udah buat saya sakit hati pak ustad?” terdengar pertanyaan teman ku dari belakang.
“berusaha memaafkan, satu hadist menyebutkan bahwa ada seorang sahabat Rasul yang dijanjikan masuk surga, padahal ibadahnya biasa-biasa saja, ketika sahabat yang lain menanyakan itu kepada Rasul, Rasul menjawab, ‘ karena sebelum tidur dia selalu memaafkan semua sahabat-sahabatnya yang sudah berbuat salah kepadanya’” begitu penjelasan guru ngaji ku. Lalu aku berpikir, aku harus menyapa Tya, dia bahkan tidak bersalah, aku saja yang terlalu egois. Esoknya kusapa dia, dan kami pun kembali akrab. Bahkan sampai kelulusan tiba.
**
           Hari senin lagi. Upacara lagi. Di lingkungan yang baru. Yah aku sudah menjadi anak SMA sekarang. Dan ternyata aku satu sekolah dengan Tya. Hem, sudah tak ada niat lagi untuk menjadikannya pacar. Akan ku cari perempuan baru di SMA ini. Harus bisa! Tekad ku di awal tahun ajaran.
        Satu tahun di kelas sepuluh tak membuahkan hasil. Aku masih saja dengan status jomblo ku. Sungguh Tuhan, aku hanya ingin merasakan apa itu pacaran. Tak bisa kah Kau beri satu kali kesempatan saja? Please…. Keluh ku suatu hari.
           Tapi sampai kenaikan kelas pun tak kunjung juga ku dapatkan perempuan yang bisa kujadikan pacar. Sementara hubungan ku dengan Tya masih dibilang baik. Yah, karena dia sudah punya gank baru layaknya anak-anak SMA, dan pastinya dia lebih memilih teman-teman perempuannya itu daripada aku.
        Senangnya ketika aku akhirnya masuk program IPA. Dan di kelas baru itu aku bertemu dengan seorang gadis. Berbeda dari Tya yang tidak berkerudung, gadis baru itu berkerudung. Manis dan pintar. Kembali aku berkhayal tentangnya. Mau kah dia menjadi pacar ku? Hemm.. tapi apa mungkin seorang akhwat (panggilan untuk perempuan dalam islam) mau berpacaran? Lihat saja nanti. Layaknya kelas hari pertama. Hanya dihabiskan dengan perkenalan guru dan anggota kelas, juga pemilihan pengurus kelas. Dan aku cukup pemalu untuk tidak mencalonkan atau pun dicalonkan. Cukup menjadi anggota kelas yang baik saja. Hari perkenalan itu membuat ku semakin mengenalnya. Satu semester mengenalnya ternyata tak hanya manis, dia juga pintar, baik dan taat beragama. Sialnya banyak teman-teman ku yang mengincarnya juga. Dan aku akhirnya berhenti mengharapkannya.
         Sisa semester genap kuhabiskan dengan teman-teman pria ku, dengan kegiatan positif yang mengalihkan aku dari status jomblo ku.
tak terasa ini tahun terakhir ku di SMA, tak tagi ku pedulikan status ku atau keinginan ku bagaimana rasanya mempunyai seorang pacar, aku mulai focus pada UN. Satu hal yang selalu ku syukuri adalah Tya dan aku masih berteman baik. Bahkan kami menamakan hubungan kami adalah sahabat. Dia selalu ada ketika ku butuh teman atau sekedar teman curhat.
        Dengan keseriusan ku, PMDK yang ku ajukan ke Universitas Negri di Bogor di terima. Dan ketika tahun pertama ku menjadi mahasiswa aku begitu sibuk dan kaget dengan lingkungan kehidupan ku yang ngekost.
         Kujalani masa kuliah ku dengan serius. Masalah ku mulai timbul lagi ketika menginjak semester tiga. Muncul lagi kegalauan. Dan sekarang sepertinya lebih parah. Bukan saja aku ingin berpacaran, sekarang aku ingin menikah. Ah.. namun dengan siapa? Sudah dua kali aku jatuh cinta dengan teman sekelas ku. Sungguh nasib, mereka hanya menganggap ku teman. Sialnya ketika ternyata ada satu gadis yang menaruh hatinya pada ku, itu kutepiskan begitu saja. Haaahh.. ada apa dengan diri ku.
         Seharusnya aku bersyukur, tapi tanpa kusadari, aku masih berharap pada satu gadis, cinta pertama ku di SMP. Bahkan sampai saat  ini, saat kami sama memasuki semester lima, kami masih berhubungan baik. Kami sering bertemu hanya untuk sekedar nonton, makan dan bercerita. Padahal dia di Jakarta dan aku di Bogor. mungkin hatiku tertutup untuk gadis lain karena dia.
      Waktu berlalu dan Tya meyakinkan aku bahwa Allah menjanjikan umat-Nya berpasang pasangan. Aku percaya. Darinya aku tahu indahnya pacaran setelah menikah. Dan aku sudah bertekad untuk tak lagi mempermasahkan pacaran. Akan ku buktikan pada Tya bahwa aku bisa lebih baik darinya. Belajar, bekerja dan mencari istri. Hehe…
Tentunya dengan criteria yang ku inginkan. Yaitu yang agamanya bagus, dan pas di hati. Semoga kutemukan dia yang juga sedang menunggu ku.

07.35.
       Terlambat satu menit saja, aku harus sabar menunggu kereta selanjutnya berangkat membawa ku ke rumah ayah ibu ku. Yang membawa ku pada gadis itu. Gadis yang selalu ada untuk ku, menemaniku, menasihatiku, memarahi ku jika aku khilaf. Gadis yang juga sahabat ku. Aku percaya takdir. Dan kubiarkan Allah SWT tentukan takdir ku. Sekarang, akan ku jaga semua yang sudah ku miliki. Keluarga, sahabat, teman. Dan kepulangan ku pecan ini dari Bogor adalah bukan hanya untuk bertemu dengan keluarga, tapi juga bertemu dengan sahabat ku, dengan satu janji untuk bertemu. Dengan satu doa yang selalu kupanjatkan pada-Nya. Agar Dia menjaga kisah persahabatan ku dengannya. Dengan gadis yang telah ku kenal sejak kelas dua SMP itu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar