Laman

Sabtu, 06 April 2013

Mimpi - Mimpi itu


Mendung menggantung di langit. Membawa hawa sejuk di sekitar. Sedang gerimis baru saja usai turun. Bau tanah basah selalu saja membuat damai dan menentramkan jiwa. Sendiri. Di sini. Mereka baru saja mengantar mbah putri ke anak termuda. Untuk nanti malam bertolak dengan bus ke kampung halaman tercinta.

Sendiri.. sendiri dalam begitu banyak tanda tanya. Sudah ratusan kali doa-doa kupanjatkan padaNya. Hanya untuk meminta jawaban atas tanya yang begitu mudahnya hadir di dalam dada.
Hati adalah lentera jiwa. Lentera kehidupan yang menerangi jalan ini. Aku bersyukur terlahir sebagai aku. Dengan segala aku, kekurangan ku, kelebihan ku. Sungguh apalagi anugerah terindah selain dapat tetap bernapas detik ke detik berikutnya. Merasakan kasih sayang orang-orang sekitar, teman-teman yang baik.

Lamunaku kembali memikirkan suatu mimpi.. sebuah mimpi yang sampai sekarang tak ku mengerti. Entah mimpi indah atau mimpi buruk. Bahagia, senang, takut dan khawatir semua teraduk menjadi satu hingga membuatku pusing dan mual. Bagaimana pun aku mengenal diriku sendiri, mimpi-mimpi yang hadir dalam malam-malam ku selalu mempunyai makna, bahkan kebanyakan diantaranya sering sekali menjadi nyata keesokan harinya. Aku anggap ini karunia Allah, walau terkadang aku bingung bagaimana bersikap biasa saja. Sampai suatu ketika sahabat terdekat ku di kampus menceritakan mimpinya dan aku hanya berusaha menebak dan memberi saran. Mungkin hanya kebetulan, semua tebakan ku benar dan semua saran yang kuberikan benar-benar menjadi jalan keluar baginya. Seperti kabar burung yang cepat sekali menyebar, ntah siapa yang memulai dan menyebarkannya, setelah hari itu, banyak teman2 yang menceritakan mimpi mereka kepadaku dan meminta saran, sungguh bukan ini yang kuinginkan, aku bukan penafsir mimpi, aku tak ingin, karna akupun masih sering takut terhadap mimpi yang hadir dalam tidurku.

Berkali-kali ku putar ulang dalam memori pikiranku jalan cerita dalam mimpi itu, berkali-kali ku coba menerka makna dibaliknya. Namun, tetap tak kutemukan sebuah jawaban. Sekali lagi ku coba mengingat mimpi itu……

Seperti mimpi-mimpi sebelumnya, semua tampak aneh dan berpindah-pindah tempat dengan begitu cepatnya. Aku berjalan disebuah lorong bangunan tinggi dan padat di kanan dan kiri jalan, bersama ibuku, bulek ku dan dua orang yang bahkan tak ku kenal sama sekali, kami berjalan santai dan pasti, seolah kami sudah tahu tujuan kemana kami akan berjalan. Begitupun dengan ku, dengan mantap kaki ku melangkah ke tempat tujuan yang aku bahkan tak tahu, hanya tubuh ku dengan pasti membawa pikiran ku yang tak tahu arah kemana.
Lalu, tibalah kami di sebuah bangunan, rapi, besar, indah. Seperti gedung-gedung perkantoran yang kulihat di daerah Jakarta selatan. Megah dan elegan. Sebuah tangga menanti kami di depan. Otak ku masih saja penasaran kemana arah kaki melangkah, kemana tujuan kami melakukan perjalanan ini, menaiki tangga dengan sedikit tergesa-gesa. Dan…. Ketika sampai di puncak tangga, entah apa yang menggerakkannya, tangan ku terangkat dengan sendirinya seolah aku sendiri yang menggerakkannya, terangkat dan menunjuk kepada satu sudut ruangan. Di sana, disuatu pojok ruangan, kulihat dia, duduk melingkar dengan beberapa laki-laki lainnya. Mungkin temannya, mungkin rekan kerjanya, entahlah, tak ada satupun yang kukenali di sana, hanya dia satu-satunya lelaki yang ku kenal diantara semuanya. Aku masih menunjuk dan memalingkan wajah ke arah ibu, bulek dan dua orang yang tak ku kenal yang sedari tadi bersamaku. Seolah memberitahu mereka bahwa dialah orangnya. Entah apa tujuanku menunjukkan dia pada mereka. Kembali aku memandang dia dengan kemeja hitamnya di sudut ruangan itu, apa yang mereka kerjakan? Apa yang mereka lakukan? Sementara dia berbicara pada orang-orang yang berada di hadapannya dengan tenang, dengan ekspresi damai yang kutemukan saat dia tersenyum. Aku ingin mendekat, hanya ingin menyapa dan ingin tahu apa yang mereka diskusikan. Namun seolah tubuhku tak menginginkan itu terjadi, aku malah mengangguk pada ibu dan bulek, kemudian kami kembali menuruni tangga dan pulang ke rumah.
Seperti lazimnya sebuah mimpi, tempat-tempat berganti dengan cepat dan tak jelas, dan kini aku sedang berada dalam kerumunan orang-orang. Orang-orang yang tak ku mengerti mereka sedang melakukan apa. Seolah akulah pusat perhatian mereka, mereka menatapku dengan ekspresi yang beragam. Sementara aku terpaku diam tak berkata apa-apa. Yang kutahu saat itu hanyalah aku harus menunggu, menunggu sesuatu, sesuatu hal yang sangat penting yang harus ku lakukan. Ruangan itu, cukup luas hingga mampu dipenuhi banyak orang. Ada beberapa jendela dikedua sisinya. langit biru dengan awan putih menggantung di luar sana. Cerah. Aku begitu sibuk memperhatikan langit sampai tak memperhatikan seseorang berdiri di samping jendela. Orang itu ternyata yang kutunggu sedari tadi, pembawa pesan yang begitu penting, orang itu hanya tersenyum dan menganggukan kepala. lalu lenyap hilang dengan tiba-tiba. Seperti musafir dalam ganasnya gurun pasir, menemukan oase adalah anugerah terindah. Dengan bahagia aku berdiri dan mendekati kerumunan orang-orang. Berharap mereka memberiku izin untuk meninggalkan ruangan ini. Tak ada kata yang terucap, semua pembicaraan yang seharusnya bersuara, dalam mimpi ini, semua dilakukan dalam diam. Aku tahu saat itu aku sedang berusaha meyakinkan mereka, aku tahu saat itu aku sedang berusaha meminta izin, tapi semua kulakukan dengan diam. Anehnya, semua orang tahu apa yang kumaksud, semua orang paham dengan keinginan yang kuutarakan. Mereka mengizinkan. Mereka tersenyum dan mengiyakan.
Aku berlari mencari pintu, pintu yang entah kenapa hilang begitu saja. Bagaimana bisa aku keluar sedang pintu itu tak juga kutemukan. Aku tahu aku sedang bergegas, suatu menunggu ku, atau mungkin seseorang menunggu ku entah dimana. Dan di sini terjebak ruangan ini, aku menangis terduduk karna tak juga temukan pintu. Bahkan orang-orang yang tadi begitu ramai kini hilang entah kemana, meninggalkan aku terkunci sendiri. Lalu… sepasang lengan menarikku berdiri, seorang yang entah siapa, menuntunku pada satu cahaya kebebasan. Pintu..! akhirnya pintu itu kutemukan. Ingin ucapkan terimakasih, tapi orang itu hilang begitu saja seperti yang lainnya.
Aku berlari, tak peduli betapa jauh dan lamanya aku berlari. Aku tak peduli. Sesuatu menungguku, tidak, sesorang menungguku, kini aku yakin seseorang menungguku.. entah aku memakai alas kaki atau tidak, aku berlari secepat yang aku bisa.
Dan dia ada di sana, dia yang tadi kutunjuk, dia yang memakai kemeja hitam, dia yang duduk melingkar dengan laki-laki lainnya. Dia ada di sana. Berdiri diantara pertigaan jalan. Berdiri dan menatap ke jalan tempatku berdiri sekarang. Aku berhenti berlari. Perasaan lega membanjiri hatiku, menyumbat tenggorokanku, mengaburkan pandanganku karena air mata. Dia ada di sana, dia masih ada di sana. melihatnya, aku tahu dia akan pergi, melihatnya aku tahu mungkin aku takkan melihatnya lagi, dia tak bilang akan ke mana, kembali perasaan sakitnya kehilangan menghantamku tanpa ampun, melemahkan syaraf dan kerja otakku. Tidak! Ini hanya mimpi, Ya Allah bangunkan aku sekarang juga. Tak ingin ku hadapi perpisahan ini walau hanya dalam mimpi. Aku tak sanggup. Ingin berlari dan mengajaknya pulang, apakah dia mau? Apakah dia mau jika aku memintanya untuk tetap tinggal? Apakah dia akan ikut kembali dengan ku jika aku berjanji untuk selalu menemaninya? Apakah dia bisa memaafkan segala salah hari kemarin? Tertunduk dan tak ingin melihatnya pergi, menunggu dia menghilang seperti yang lainnya, menunggu hantaman keras kehilangan dalam dada. Sementara air mata semakin mengaburkan pandangan.
Detik berlalu dan tak ada yang terjadi. Kenapa? Apakah dia sudah pergi? apakah akhirnya dia benar-benar pergi? Lalu kenapa aku tak merasa kehilangan? Justru perasaan tenang dan bahagia memenuhi hati. Kuberanikan diri mendongak dan menatap tempatnya berdiri tadi. Aku tahu aku sedang bermimpi, tapi jika ini adalah mimpi, sungguh mimpi inilah yang paling membuat ku bahagia. Dia ada di sana. Dia masih ada di sana. Dia masih berdiri di sana. Seperti tadi. Seperti saat aku tiba tadi. Dia tersenyum.. dia bahagia.. akupun tersenyum membalas senyumnya.. apakah dia benar menungguku? Apakah setelah ini kemudian dia akan menghilang? Tapi perasaan itu segera hilang karena tanpa disangka, dia mengulurkan tangannya padaku, aku tahu dia akan pergi, aku tahu itu, tapi uluran tangan itu, apakah dia berusaha mengajak ku bersamanya? Apakah dia ingin mengajakku pergi bersamanya?
Dengan masih tersenyum dia mengulurkan tangannya padaku, apa aku akan ikut bersamanya? Aku tahu aku harus memutuskan sesuatu, berlari menyebrang dan ikut bersamanya atau kembali ke ruangan dengan orang-orang yang menatapku. Seolah tau aku bimbang, dia ulurkan satu tangannya lagi. Kini, kedua lengan itu berhasil meyakinkan ku untuk ikut.. tak cukup banyak waktu untuk melangkah ke arahnya. Menyambut uluran tangannya, dan merasakan bahagia yang memenuhi hati dan jiwaku. Seolah aku akan meledak karena bahagia. Kami hanya diam membisu. Tapi dalam kebisuan itu ada banyak makna dan kata-kata yang saling kami ucapkan. Aku tahu dia akan pergi, dan kini aku memilih ikut entah kemana dia akan pergi. Dengan masih tersenyum dia mengandeng tanganku pergi melangkah bersama.
Dalam genggaman tangannya, dalam raut senyum bahagianya, Ya Allah, apakah ini syurga yang engkau janjikan? kemudian dia menatapku sejenak, melukiskan senyum dalam wajahnya, senyum bahagia yang paling tulus yang belum pernah aku lihat sebelumnya. Dan saat itu aku yakin akan keputusanku. Aku bahagia dia menungguku, aku bahagia dia tidak pergi sendirian, aku bahagia dia menungguku untuk mengajakku pergi. Walau…. Sampai mimpi itu berakhir, aku tak tahu kemana dia membawaku pergi.

Aku kembali pada lamunanku.. apa artinya? Adakah yang bisa menjelaskannya kepadaku? kemana dia akan pergi? Kemana dia akan membawa ku pergi? Apakah sekarang aku takut? Atau justru aku bahagia? Entahlah. Aku tak berani mengartikannya. Biar saja, itu hanya mimpi, suatu saat nanti, mungkin dalam kehidupan nyata ini, akan kutemukan jawabannya sendiri. Karena sekarang aku hanya ingin >> Menjaga Hati ku.. dan apapun yang akan terjadi nanti itu pasti sudah menjadi kehendakNya :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar