Mendung menggantung di langit. Membawa hawa
sejuk di sekitar. Sedang gerimis baru saja usai turun. Bau tanah basah selalu
saja membuat damai dan menentramkan jiwa. Sendiri. Di sini. Mereka baru saja
mengantar mbah putri ke anak termuda. Untuk nanti malam bertolak dengan bus ke kampung
halaman tercinta.
Sendiri.. sendiri dalam begitu banyak
tanda tanya. Sudah ratusan kali doa-doa kupanjatkan padaNya. Hanya untuk
meminta jawaban atas tanya yang begitu mudahnya hadir di dalam dada.
Hati adalah lentera jiwa. Lentera kehidupan
yang menerangi jalan ini. Aku bersyukur terlahir sebagai aku. Dengan segala
aku, kekurangan ku, kelebihan ku. Sungguh apalagi anugerah terindah selain
dapat tetap bernapas detik ke detik berikutnya. Merasakan kasih sayang
orang-orang sekitar, teman-teman yang baik.
Lamunaku kembali memikirkan suatu
mimpi.. sebuah mimpi yang sampai sekarang tak ku mengerti. Entah mimpi indah
atau mimpi buruk. Bahagia, senang, takut dan khawatir semua teraduk menjadi
satu hingga membuatku pusing dan mual. Bagaimana pun aku mengenal diriku
sendiri, mimpi-mimpi yang hadir dalam malam-malam ku selalu mempunyai makna,
bahkan kebanyakan diantaranya sering sekali menjadi nyata keesokan harinya. Aku
anggap ini karunia Allah, walau terkadang aku bingung bagaimana bersikap biasa saja.
Sampai suatu ketika sahabat terdekat ku di kampus menceritakan mimpinya dan aku
hanya berusaha menebak dan memberi saran. Mungkin hanya kebetulan, semua
tebakan ku benar dan semua saran yang kuberikan benar-benar menjadi jalan
keluar baginya. Seperti kabar burung yang cepat sekali menyebar, ntah siapa
yang memulai dan menyebarkannya, setelah hari itu, banyak teman2 yang
menceritakan mimpi mereka kepadaku dan meminta saran, sungguh bukan ini yang
kuinginkan, aku bukan penafsir mimpi, aku tak ingin, karna akupun masih sering
takut terhadap mimpi yang hadir dalam tidurku.
Berkali-kali ku putar ulang dalam memori
pikiranku jalan cerita dalam mimpi itu, berkali-kali ku coba menerka makna
dibaliknya. Namun, tetap tak kutemukan sebuah jawaban. Sekali lagi ku coba
mengingat mimpi itu……
Seperti
mimpi-mimpi sebelumnya, semua tampak aneh dan berpindah-pindah tempat dengan
begitu cepatnya. Aku berjalan disebuah lorong bangunan tinggi dan padat di
kanan dan kiri jalan, bersama ibuku, bulek ku dan dua orang yang bahkan tak ku
kenal sama sekali, kami berjalan santai dan pasti, seolah kami sudah tahu
tujuan kemana kami akan berjalan. Begitupun dengan ku, dengan mantap kaki ku
melangkah ke tempat tujuan yang aku bahkan tak tahu, hanya tubuh ku dengan
pasti membawa pikiran ku yang tak tahu arah kemana.
Lalu,
tibalah kami di sebuah bangunan, rapi, besar, indah. Seperti gedung-gedung
perkantoran yang kulihat di daerah Jakarta selatan. Megah dan elegan. Sebuah tangga
menanti kami di depan. Otak ku masih saja penasaran kemana arah kaki melangkah,
kemana tujuan kami melakukan perjalanan ini, menaiki tangga dengan sedikit
tergesa-gesa. Dan…. Ketika sampai di puncak tangga, entah apa yang
menggerakkannya, tangan ku terangkat dengan sendirinya seolah aku sendiri yang
menggerakkannya, terangkat dan menunjuk kepada satu sudut ruangan. Di sana,
disuatu pojok ruangan, kulihat dia, duduk melingkar dengan beberapa laki-laki
lainnya. Mungkin temannya, mungkin rekan kerjanya, entahlah, tak ada satupun
yang kukenali di sana, hanya dia satu-satunya lelaki yang ku kenal diantara semuanya. Aku masih menunjuk dan memalingkan wajah ke arah ibu,
bulek dan dua orang yang tak ku kenal yang sedari tadi bersamaku. Seolah memberitahu
mereka bahwa dialah orangnya. Entah apa tujuanku menunjukkan dia pada mereka.
Kembali aku memandang dia dengan kemeja hitamnya di sudut ruangan itu, apa yang
mereka kerjakan? Apa yang mereka lakukan? Sementara dia berbicara pada orang-orang
yang berada di hadapannya dengan tenang, dengan ekspresi damai yang kutemukan
saat dia tersenyum. Aku ingin mendekat, hanya ingin menyapa dan ingin tahu apa
yang mereka diskusikan. Namun seolah tubuhku tak menginginkan itu terjadi, aku
malah mengangguk pada ibu dan bulek, kemudian kami kembali menuruni tangga dan
pulang ke rumah.
Seperti
lazimnya sebuah mimpi, tempat-tempat berganti dengan cepat dan tak jelas, dan kini aku
sedang berada dalam kerumunan orang-orang. Orang-orang yang tak ku mengerti
mereka sedang melakukan apa. Seolah akulah pusat perhatian mereka, mereka
menatapku dengan ekspresi yang beragam. Sementara aku terpaku diam tak berkata
apa-apa. Yang kutahu saat itu hanyalah aku harus menunggu, menunggu sesuatu,
sesuatu hal yang sangat penting yang harus ku lakukan. Ruangan itu, cukup luas
hingga mampu dipenuhi banyak orang. Ada beberapa jendela dikedua sisinya.
langit biru dengan awan putih menggantung di luar sana. Cerah. Aku begitu sibuk
memperhatikan langit sampai tak memperhatikan seseorang berdiri di samping
jendela. Orang itu ternyata yang kutunggu sedari tadi, pembawa pesan yang
begitu penting, orang itu hanya tersenyum dan menganggukan kepala. lalu
lenyap hilang dengan tiba-tiba. Seperti musafir dalam ganasnya gurun pasir, menemukan
oase adalah anugerah terindah. Dengan bahagia aku berdiri dan mendekati
kerumunan orang-orang. Berharap mereka memberiku izin untuk meninggalkan
ruangan ini. Tak ada kata yang terucap, semua pembicaraan yang seharusnya bersuara,
dalam mimpi ini, semua dilakukan dalam diam. Aku tahu saat itu aku sedang
berusaha meyakinkan mereka, aku tahu saat itu aku sedang berusaha meminta izin,
tapi semua kulakukan dengan diam. Anehnya, semua orang tahu apa yang kumaksud,
semua orang paham dengan keinginan yang kuutarakan. Mereka mengizinkan. Mereka tersenyum
dan mengiyakan.
Aku
berlari mencari pintu, pintu yang entah kenapa hilang begitu saja. Bagaimana bisa
aku keluar sedang pintu itu tak juga kutemukan. Aku tahu aku sedang bergegas,
suatu menunggu ku, atau mungkin seseorang menunggu ku entah dimana. Dan di sini
terjebak ruangan ini, aku menangis terduduk karna tak juga temukan pintu. Bahkan
orang-orang yang tadi begitu ramai kini hilang entah kemana, meninggalkan aku
terkunci sendiri. Lalu… sepasang lengan menarikku berdiri, seorang yang entah
siapa, menuntunku pada satu cahaya kebebasan. Pintu..! akhirnya pintu itu
kutemukan. Ingin ucapkan terimakasih, tapi orang itu hilang begitu saja seperti
yang lainnya.
Aku
berlari, tak peduli betapa jauh dan lamanya aku berlari. Aku tak peduli. Sesuatu
menungguku, tidak, sesorang menungguku, kini aku yakin seseorang menungguku.. entah
aku memakai alas kaki atau tidak, aku berlari secepat yang aku bisa.
Dan
dia ada di sana, dia yang tadi kutunjuk, dia yang memakai kemeja hitam, dia
yang duduk melingkar dengan laki-laki lainnya. Dia ada di sana. Berdiri diantara
pertigaan jalan. Berdiri dan menatap ke jalan tempatku berdiri sekarang. Aku berhenti
berlari. Perasaan lega membanjiri hatiku, menyumbat tenggorokanku, mengaburkan
pandanganku karena air mata. Dia ada di sana, dia masih ada di sana. melihatnya, aku tahu dia akan pergi, melihatnya aku tahu mungkin aku takkan
melihatnya lagi, dia tak bilang akan ke mana, kembali perasaan sakitnya
kehilangan menghantamku tanpa ampun, melemahkan syaraf dan kerja otakku. Tidak!
Ini hanya mimpi, Ya Allah bangunkan aku sekarang juga. Tak ingin ku hadapi
perpisahan ini walau hanya dalam mimpi. Aku tak sanggup. Ingin berlari dan
mengajaknya pulang, apakah dia mau? Apakah dia mau jika aku memintanya untuk
tetap tinggal? Apakah dia akan ikut kembali dengan ku jika aku berjanji untuk
selalu menemaninya? Apakah dia bisa memaafkan segala salah hari kemarin? Tertunduk
dan tak ingin melihatnya pergi, menunggu dia menghilang seperti yang lainnya,
menunggu hantaman keras kehilangan dalam dada. Sementara air mata semakin mengaburkan
pandangan.
Detik
berlalu dan tak ada yang terjadi. Kenapa? Apakah dia sudah pergi? apakah
akhirnya dia benar-benar pergi? Lalu kenapa aku tak merasa kehilangan? Justru perasaan
tenang dan bahagia memenuhi hati. Kuberanikan diri mendongak dan menatap
tempatnya berdiri tadi. Aku tahu aku sedang bermimpi, tapi jika ini adalah
mimpi, sungguh mimpi inilah yang paling membuat ku bahagia. Dia ada di sana. Dia
masih ada di sana. Dia masih berdiri di sana. Seperti tadi. Seperti saat aku
tiba tadi. Dia tersenyum.. dia bahagia.. akupun tersenyum membalas senyumnya..
apakah dia benar menungguku? Apakah setelah ini kemudian dia akan menghilang? Tapi
perasaan itu segera hilang karena tanpa disangka, dia mengulurkan tangannya
padaku, aku tahu dia akan pergi, aku tahu itu, tapi uluran tangan itu, apakah
dia berusaha mengajak ku bersamanya? Apakah dia ingin mengajakku pergi
bersamanya?
Dengan
masih tersenyum dia mengulurkan tangannya padaku, apa aku akan ikut bersamanya?
Aku tahu aku harus memutuskan sesuatu, berlari menyebrang dan ikut bersamanya
atau kembali ke ruangan dengan orang-orang yang menatapku. Seolah tau aku
bimbang, dia ulurkan satu tangannya lagi. Kini, kedua lengan itu berhasil
meyakinkan ku untuk ikut.. tak cukup banyak waktu untuk melangkah ke arahnya. Menyambut
uluran tangannya, dan merasakan bahagia yang memenuhi hati dan jiwaku. Seolah aku
akan meledak karena bahagia. Kami hanya diam membisu. Tapi dalam kebisuan itu
ada banyak makna dan kata-kata yang saling kami ucapkan. Aku tahu dia akan
pergi, dan kini aku memilih ikut entah kemana dia akan pergi. Dengan masih
tersenyum dia mengandeng tanganku pergi melangkah bersama.
Dalam
genggaman tangannya, dalam raut senyum bahagianya, Ya Allah, apakah ini syurga
yang engkau janjikan? kemudian dia menatapku sejenak, melukiskan senyum dalam
wajahnya, senyum bahagia yang paling tulus yang belum pernah aku lihat sebelumnya.
Dan saat itu aku yakin akan keputusanku. Aku bahagia dia menungguku, aku
bahagia dia tidak pergi sendirian, aku bahagia dia menungguku untuk mengajakku
pergi. Walau…. Sampai mimpi itu berakhir, aku tak tahu kemana dia membawaku
pergi.
Aku kembali pada lamunanku.. apa
artinya? Adakah yang bisa menjelaskannya kepadaku? kemana dia akan pergi? Kemana
dia akan membawa ku pergi? Apakah sekarang aku takut? Atau justru aku bahagia? Entahlah.
Aku tak berani mengartikannya. Biar saja, itu hanya mimpi, suatu saat nanti,
mungkin dalam kehidupan nyata ini, akan kutemukan jawabannya sendiri. Karena sekarang
aku hanya ingin >> Menjaga Hati ku.. dan apapun yang akan terjadi nanti itu pasti sudah menjadi kehendakNya :)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar