Mereka bilang kita sangat kaya
Mengorbankan kami untuk membuat diri menjadi kaya
Ya, kaya akan ketamakan, keangkuhan, jabatan, . . . uang
Dimana nurani??
Ketika tubuh tubuh kecil kami menggigil kedinginan
Sementara kau begitu nyaman dalam sofa empuk mu
Dimana hati mu??
Ketika kami mati kelaparan
Sementara kau besarkan perutmu itu dengan rakus
Kau obral janji-janji manis itu di awal
Memberikan apa yang bahkan tak kami butuhkan
Menyemai butir-butir harapan yang melumpuhkan
Kau salami kami dengan senyum malaikat
Kembali mengucapkan janji palsu itu
Lalu….
Tibalah pesta itu..
Pesta yang melibatkan tiap nyawa di negeri ini
Dengan segala keangkuhan kau menangkan satu kursi di gedung
itu
Kami bahagia
Kami senang
Melihat kau duduk dan ada di sana
Berharap kau bisa mewakilkan suara kami
Kami rakyat kecil yang butuh uluran tangan
Kami jelata yang butuh uang untuk menyambung hari
Tapi….
Kami menunggu
Menunggu butir-butir harapan yang kau semai akhirnya berbuah
Tidak, tidak semuluk itu
Setangkai daun pun kami bersyukur
Tak tahukah kau kami menunggu??
Menunggu mu kembali dan mengatakan akan melunasinya
Melunasi tiap janji yang terucap
Terucap begitu mesra ditelinga kami
Tapi…
Kami tetap menunggu
Menunggu dalam diam
Karena kami bodoh dan tak berduit
Karena kami kecil dan tak terpandang
Kami kelaparan
Kami kedinginan
Kami lelah . . .
Lelah menanti janji terealisasi
Kalian mengatakan salah kami karena kami tidak berpendidikan
Bagaimana kami bersekolah jika keluarga kami kelaparan??
Mengapa kami begitu miskin?
Di negeri yang mereka bilang sangat kaya?
Untuk kau yang akhirnya berada dai kursi empuk itu
Kami masih berharap
Sampai saat ini
Sampai detik ini
Hanya doa dan harap
Semoga Tuhan luluhkan nurani mu yang beku….
*Listya ^_^
Tidak ada komentar:
Posting Komentar