Mentari perlahan turun ke
persinggahan. Melukiskan orange ungu dengan latar belakang lagit biru. Pada sebuah
hutan lebat di sebuah pulau. seekor semut sangat sibuk dengan pekerjaannya
ditengah jalan. Membawa makanan untuk persediaan hidup musim mendatang.
Lalu bumi seolah brguncang. karna
sibuknya semut baru sadar bahwa ada kawanan gajah yang berlari mendekat. Semut
tak mampu menghindar. Terpaku diajalan dengan tetap membawa bawaan
dipunggungnya. Gajah-gajah itu semakin mendekat. semut merasa dirinya terinjak. Terlontar ke tanah
dengan jatuh terlentang tak berdaya. Dalam ketidakberdayaannya terjatuh ia
merasa ia akan mati.
kawanan gajah
berlalu. Semut berpikir “inikah mati? Mudahnya.“
Datang semut
lain melintas dan bertanya, "apa yang kamu lakukan? Bukankah seharusnya
kamu bekerja, sebentar lagi musim dingin. Cepat bangun dan cari mkanan"
"tak
lihatlah engkau aku sudah mati terinjak gajah?" balas semut itu.
"mati?
Hah, kau bercanda bagamana bisa kamu mnyebut dirimu mati pdahal kamu masih hidup?" tanya semut yang
melintas tadi.
Dengan segera semut yang merasa
dirinya mati itu pun bangkit. Dia masih dapat merasakan tanah lembut ditelapak
kakinya. Dia masih dapat merasakan hangatnya mentari senja di barat. dan yah,
dia masih hidup. Kemudian ia memandang berkeliling, dan melihat dua ekor gajah
diam tak bergerak.
"ya,
aku belum mati, tapi ada apa dengan gajah-gajah itu?" tanyanya kepada
semut yang melintas tadi.
"ya,
kamu belum mati, tapi gajah-gajah itu mati karena keegoisan mereka yang ingin
cepat sampai lebih dulu ditujuan,
kemudian mereka bertabrakan. Aku pun tak mengerti mengapa secepat itu mereka mati. Cepatlah hari
sudah semakin gelap." kata semut itu.
“Tapi
siapa nama mu sahabat? aku Noza, Aku belum pernah berjumpa dengan mu, apakah
kita berada dalam satu
koloni?” tanya semut yang ternyata bernama Noza.
“aku
Zira, ya kita satu koloni. Cobalah lebih memperhatika sekitar mu dan mengenal
mereka. Kau tidak hidup sendiri.” Kata
Zira dengan tenang.
"ya,
Zira, ku akui aku terlalu sibuk dengan diriku sendiri. Aku sadar dan aku
menyesal. tapi aku masih tak mengerti,
bukankah gajah itu besar dan kuat, sedangkan aku hanya semut kecil yang lemah, kenapa aku masih hidup?" Noza bertanya
kembali.
"sudah
kubilang gajah itu mati karena keegoisan dan ketidakpedulian mereka terhadap sesama." Kata Zira dengan
sedikit kesal.
"jadi
seharusnya aku bersyukur? Begitu maksud mu?" Noza bertanya kembali.
semut yang bernama Noza masih saja
bawel. Bertanya daan tak henti bertanya.. tanpa mereka sadari matahari
benar-benar telah hilang dan menyisakan hari yang gelap.
"
yah, kita harus bersyukur, bersyukur karna kita kecil, mungkin kamu akan
benar-benar mati jika kamu sebesar
gajah itu, karna kamu kecil, telapak kami mereka tak menyentuh tubuh mu sama sekali karna ada batu yang
mnghalangi, dan tolong JANGAN BERPIKIR KAMU TELAH MATI PADAHAL KAMU MASIH HIDUP. cepatlah banyak binatang buas mengancam
kita" ajak Zira kemudian.
"satu
lagi, kenapa kau tak pulang saja duluan jika kau takut " Noza kembali
bertanya
Dengan kesal Zira mmberikan smua
makann hasil pencariannya Noza si semut bawel itu, dan berkata,
"
bukankah aku juga semut kecil sepertimu? Mana mungkin aku pergi sementara kamu
diluar sendirian dan banyak bahaya
mngancam? Aku hanya tak ingin kamu mati sia-sia seperti gajah itu. berdirilah, tentunya kamu tidak
ingin benar-benar mati jika hujan mulai turun dan kita tak lagi punya persediaan makanan."
lalu Noza si semut bawel itu pun bangkit dan berkata,
lalu Noza si semut bawel itu pun bangkit dan berkata,
"aku
akan berusaha hidup untuk hidupku"
Dan keduanya berjalan beriringan
menuju tempat koloni mereka. kegelapan malam hutan hanya menyisakan jejak kaki
mereka dibelakang. Dengan tekad dan semangat baru yang dimilikinya Noza
berjanji akan menjadi pribadi yang jauh lebih baik lagi. Dengan Zira yang menemaninya
semua akan terasa mudah dan menyenangkan..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar