Laman

Minggu, 21 Oktober 2012

Gajah dan Semut





Mentari perlahan turun ke persinggahan. Melukiskan orange ungu dengan latar belakang lagit biru. Pada sebuah hutan lebat di sebuah pulau. seekor semut sangat sibuk dengan pekerjaannya ditengah jalan. Membawa makanan untuk persediaan hidup musim mendatang.

Lalu bumi seolah brguncang. karna sibuknya semut baru sadar bahwa ada kawanan gajah yang berlari mendekat. Semut tak mampu menghindar. Terpaku diajalan dengan tetap membawa bawaan dipunggungnya. Gajah-gajah itu semakin mendekat.  semut merasa dirinya terinjak. Terlontar ke tanah dengan jatuh terlentang tak berdaya. Dalam ketidakberdayaannya terjatuh ia merasa ia akan mati.
kawanan gajah berlalu. Semut berpikir “inikah mati? Mudahnya.“

Datang semut lain melintas dan bertanya, "apa yang kamu lakukan? Bukankah seharusnya kamu bekerja, sebentar lagi musim dingin. Cepat bangun dan cari mkanan"

            "tak lihatlah engkau aku sudah mati terinjak gajah?" balas semut itu.

          "mati? Hah, kau bercanda bagamana bisa kamu mnyebut dirimu mati pdahal kamu masih hidup?" tanya semut yang melintas tadi.

Dengan segera semut yang merasa dirinya mati itu pun bangkit. Dia masih dapat merasakan tanah lembut ditelapak kakinya. Dia masih dapat merasakan hangatnya mentari senja di barat. dan yah, dia masih hidup. Kemudian ia memandang berkeliling, dan melihat dua ekor gajah diam tak bergerak.

       "ya, aku belum mati, tapi ada apa dengan gajah-gajah itu?" tanyanya kepada semut yang melintas tadi.

       "ya, kamu belum mati, tapi gajah-gajah itu mati karena keegoisan mereka yang ingin cepat sampai lebih dulu ditujuan, kemudian mereka bertabrakan. Aku pun tak mengerti mengapa secepat itu mereka mati. Cepatlah hari sudah semakin gelap." kata semut itu.

     “Tapi siapa nama mu sahabat? aku Noza, Aku belum pernah berjumpa dengan mu, apakah kita berada dalam satu koloni?” tanya semut yang ternyata bernama Noza.

      “aku Zira, ya kita satu koloni. Cobalah lebih memperhatika sekitar mu dan mengenal mereka. Kau tidak hidup sendiri.” Kata Zira dengan tenang.

         "ya, Zira, ku akui aku terlalu sibuk dengan diriku sendiri. Aku sadar dan aku menyesal. tapi aku masih tak mengerti, bukankah gajah itu besar dan kuat, sedangkan aku hanya semut kecil yang lemah, kenapa aku masih hidup?" Noza bertanya kembali.

"sudah kubilang gajah itu mati karena keegoisan dan ketidakpedulian mereka terhadap sesama." Kata Zira dengan sedikit kesal.

            "jadi seharusnya aku bersyukur? Begitu maksud mu?" Noza bertanya kembali.

semut yang bernama Noza masih saja bawel. Bertanya daan tak henti bertanya.. tanpa mereka sadari matahari benar-benar telah hilang dan menyisakan hari yang gelap.

          " yah, kita harus bersyukur, bersyukur karna kita kecil, mungkin kamu akan benar-benar mati jika kamu sebesar gajah itu, karna kamu kecil, telapak kami mereka tak menyentuh tubuh mu sama sekali karna ada batu yang mnghalangi, dan tolong JANGAN BERPIKIR KAMU TELAH MATI PADAHAL KAMU MASIH HIDUP. cepatlah banyak binatang buas mengancam kita" ajak Zira kemudian.

              "satu lagi, kenapa kau tak pulang saja duluan jika kau takut " Noza kembali bertanya

Dengan kesal Zira mmberikan smua makann hasil pencariannya Noza si semut bawel itu, dan berkata,

         " bukankah aku juga semut kecil sepertimu? Mana mungkin aku pergi sementara kamu diluar sendirian dan banyak bahaya mngancam? Aku hanya tak ingin kamu mati sia-sia seperti gajah itu. berdirilah, tentunya kamu tidak ingin benar-benar mati jika hujan mulai turun dan kita tak lagi punya persediaan makanan."

lalu Noza si semut bawel itu pun bangkit dan berkata,

          "aku akan berusaha hidup untuk hidupku"

Dan keduanya berjalan beriringan menuju tempat koloni mereka. kegelapan malam hutan hanya menyisakan jejak kaki mereka dibelakang. Dengan tekad dan semangat baru yang dimilikinya Noza berjanji akan menjadi pribadi yang jauh lebih baik lagi. Dengan Zira yang menemaninya semua akan terasa mudah dan menyenangkan.. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar